Bulan Suro dalam Tinjauan Islam

Share :



Dalam mitos Jawa, bulan Suro (Muharram) adalah bulan yang keramat dan angker. Karenanya, masyarakat Jawa kuno tidak berani mengadakan pesta pernikahan, khitanan, maupun hajatan lain pada bulan tersebut.

Dalam Islam, bulan Muharram justru mempunyai nilai historis (kesejarahan) dan sarat dengan keutamaan amal, di antaranya adalah:

1.     Titik Awal Penanggalan Islam

Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam Fathul Bari (VII/315. Hadits No. 3934) menguraikan beberapa riwayat tentang sejarah penanggalan hijriyah. Berawal dari surat-surat tak ber-titi mangsa yang dikirimkan Khalifah Umar bin Khatab kepada Abu Musa al-Asy‘ari. Surat tak bertanggal tersebut ternyata menyulitkan Abu Musa sehingga ia sampaikan keluhan itu kepada Sang Khalifah melalui sepucuk surat.

إِنَّهُ يَأْتِيْنَا مِنْكَ كُتُبٌ لَيْسَ لَهَا تَارِيْخٌ

“Telah sampai kepada kami surat-surat dari Anda, tanpa tanggal.”

Dalam riwayat lain disebutkan,

إِنَّهُ يَأْتِيْنَا مِنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ كُتُبٌ، فَلَا نَدْرِيْ عَلَى أَيٍّ نَعْمَلُ، وَقَدْ قَرَأْنَا كِتَابًا محلُّهُ شَعْبَانُ، فَلَا نَدْرِي أَهُوَ الَّذِي نَحْنُ فِيْهِ أَمِ الْمَاضِي

“Telah sampai kepada kami surat-surat dari Amirul Mukminin, namun kami tidak tahu apa yang harus kami perbuat terhadap surat-surat itu. Kami telah membaca salah satu surat yang dikirim di bulan Sya’ban. Kami tidak tahu apakah Sya’ban tahun ini ataukah tahun kemarin.”

Menindaklanjuti hal tersebut, Umar bin Khatab mengajak para sahabat untuk bermusyawarah menentukan acuan penanggalan bagi kaum muslimin. Akhirnya, disepakati bahwa tahun hijriyah dimulai dari peristiwa hijrah Nabi ke Madinah pada bulan Rabi’ul Awwal tahun 622 M. Disepakati pula bahwa bulan pertama dalam penanggalan Hijriyah adalah Muharram, karena pada bulan inilah agenda hijrah ke Madinah mulai dirancang.

 

2.     Termasuk Bulan Mulia

Muharram termasuk salah satu dari arba’atun hurum (empat bulan mulia/suci), sebagaimana firman Allah dalam surat at-Taubah ayat 36. Ibnu Katsir meriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Qatadah, bahwa berbuat zalim dan maksiat pada empat bulan tersebut sanksinya lebih berat daripada bulan-bulan lain. Begitu pula amal shalih pada bulan-bulan tersebut akan dilipatgandakan nilainya.

3.     Sederet Kemenangan di Bulan Muharram

Dalam bulan Muharram satu hari yang sangat istimewa dan memiliki nilai historis tinggi, yaitu hari ‘Asyura tanggal 10 Muharram. I’anatuth Thalibin (II/267) , merangkum beberapa peristiwa bersejarah,pada hari Asyura, di antaranya adalah:

-        diterimanya taubat Nabi Adam setelah diturunkan dari surga.

-        diangkatnya Nabi Idris ke tempat (martabat) yang tinggi (Q.S. Maryam: 57).

-        diturunkannya Nabi Nuh dari kapal, setelah baniir bandang.

-        diselamatkannya Nabi Ibrahim dari api Raja Namrud.

-        diturunkannya kitab Taurat kepada Nabi Musa.

-        dikeluarkannya Nabi Yusuf dari penjara.

-        dikembalikannya penglihatan Nabi Ya’qub.

-        dihilangkannya penderitaan Nabi Ayyub (dari sakit berkepanjangan).

-        dikeluarkannya Nabi Yunus dari perut ikan.

-        dibelahnya lautan bagi Bani Israil yang melarikan diri dari kejaran Fir’aun.

-        diampuninya kesalahan Nabi Dawud.

-        diberinya Nabi Sulaiman kekuasaan berupa kerajaan.

-        diampuninya kesalahan yang telah lewat dan yang akan datang dari Nabi Muhammad.

Hari pertama turun hujan ke muka bumi juga terjadi pada Asyura. Begitu pula rahmat pertama yang diturunkan ke bumi, juga pada Asyura.

Dengan demikian, mitos masyarakat Jawa kuno yang menganggap bahwa bulan Suro atau Muharram adalah angker dan bulan sial untuk penyelenggaraan hajatan adalah tidak benar.

 

4.     Disunnahkan Puasa

Ibnu Umar menceritakan bahwa orang-orang jahiliyah selalu berpuasa pada hari Asyura. Rasulullah juga berpuasa sebelum diwajibkanya puasa Ramadhan. Ketika puasa Ramadhan diwajibkan, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Asyura itu adalah salah satu dari hari-hari Allah, barangsiapa berkenan maka ia boleh berpuasa dan boleh meninggalkanya.”

Dalam riwayat Abu Musa al-Asy’ari, ketika Rasulullah datang ke Madinah, beliau dapati orang-orang Yahudi sedang mengagungkan hari Asyura dan mereka berpuasa pada hari itu. Rasulullah bersabda, “Kami lebih berhak berpuasa hari Asyura (daripada kalian).” 

Dalam riwayat lain: “Kami lebih berhak dan lebih utama memuliakan Musa daripada kalian.” (HR Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan Ibnu Majah dari Ibnu Abbas) Untuk membedakan dengan kaum Yahudi, umat Islam disunnahkan berpuasa satu hari sebelum atau sesudah hari Asyura.

Rasulullah juga bersabda:

 

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ

 

“Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah, yaitu Muharram.” (HR. Muslim)

***

Daftar Isi [Tutup]

    Newer
    Older

    0 Comments

    Post a Comment