Dam dalam Ibadah Haji
Deskripsi Masalah
Seperti
yang sudah dimaklumi bersama bahwa siapa yang melakukan haji tamattu’ atau
qiran maka wajib membayar Dam. Dalam kaitannya dengan
masalah Dam, seringkali muncul beberapa kasus, di antaranya:
a. Sejak jamaah haji masih di asrama
haji tanah air, ketua rombongan atau pembimbing KBIH sudah memungut dana yang
akan digunakan untuk membeli kambing Dam dan sudah menentukan harganya
(misalnya 350 riyal). Setelah saatnya membayar Dam tiba, bisa jadi harga
kambing yang dibeli itu hanya 250 riyal atau sebaliknya (sisanya dimiliki oleh
ketua rombongan atau pembimbing KBIH) tanpa adanya pemberitahuan lagi kepada
jamaah calon haji yang bersangkutan.
b. Ada pula jamaah calon haji yang
membawa daging hewan Dam ke maktab untuk dimasak dan dimakan.
Pertanyaan:
a. Bolehkah dana untuk membayar Dam
dipungut sebelum penyebab Dam itu terjadi?
b. Status si penarik dana seperti yang disebutkan di atas berstatus
sebagai apa, menurut kaca mata fiqih?
c. Bolehkah sisa Dam tersebut dimiliki oleh si penarik dana sebagai
keuntungan dengan tanpa sepengetahuan jamaah yang ditarik dana?
d. Bolehkah jamaah memakan daging
hewan yang hewan tersebut disembelih untuk membayar Dam bagi dirinya?
Jawab:
a. Boleh-boleh saja dengan niat sebagai
titipan atau perwakilan kepada penarik dana Dam tersebut.
Sedangkan waktu pelaksanaan penyembelihan Dam disunnahkan pada hari raya Idul Adha dan boleh diajukan
ke waktu selesainya pelaksanaan
umrah.
b. Penarik berstatus sebagai
wakil atau simsar atau mutawassith (perantara antara pembeli dan
penjual).
c. Tidak diperbolehkan karena dia
sebatas wakil, akan tetapi boleh minta upah sesuai dengan kesepakatan yang jelas.
d. Tidak diperbolehkan karena Dam
termasuk penyembelihan yang wajib dilaksanakan, berbeda dengan qurban atau
aqiqah yang hukumnya sunnah.
Referensi :
الفقه على المذاهب الأربعة (جـ : ٣
ص : ٥٩
(
ومن ذلك أجرة السمسار والدلال . فإن الأصل فيه عدم الجواز
لكنهم أجازوا الناس إليه كدخول الحمام على أن الذي يجوز من ذلك إنما هو أجر المثل. فإذا اتفق شخص مع دلال أو مع سمسار
على أن يبيع له أرضا بمائة جنيه على أن يكون له قرشين في كل جنيه مثلا فإن ذلك لا
ينفذ وإنما الذي ينفذ هو أن يأخذ ذلك الدلال لأجر مثله في هذه الحالة.
تحفة المحتاج في شرح المنهاج (جـ : ١٥ ص :
٤٢٦(
( وَوَقْتُ
وُجُوبِ الدَّمِ ) عَلَى الْمُتَمَتِّعِ ( إحْرَامُهُ بِالْحَجِّ ) ؛ لِأَنَّهُ
إنَّمَا يَصِيرُ مُتَمَتِّعًا بِالْعُمْرَةِ إلَى الْحَجِّ حِينَئِذٍ وَمَعَ
ذَلِكَ يَجُوزُ تَقْدِيمُ غَيْرِ الصَّوْمِ عَلَيْهِ لَكِنْ بَعْدَ فَرَاغِ
الْعُمْرَةِ لَا قَبْلَهُ ( وَالْأَفْضَلُ ذَبْحُهُ يَوْمَ النَّحْرِ ) ؛
لِأَنَّهُ الِاتِّبَاعُ وَمِنْ ثَمَّ أَخَذَ مِنْهُ الْأَئِمَّةُ الثَّلَاثَةُ
امْتِنَاعَ ذَبْحِهِ قَبْلَهُ.
روضة الطالبين وعمدة المفتين (جـ : ١
ص : ٣٤٦)
وكل من لزمه شاة جاز له ذبح بقرة أو بدنة مكانها إلا في
جزاء الصيد وإذا ذبح بدنة أو بقرة مكان الشاة فهل الجميع فرض حتى لا يجوز أكل شيء
منها أم الفرض سبعها حتى يجوز له أكل الباقي فيه وجهان. قلت: الأصح
أنه سبعها صححه صاحب البحر وغيره والله أعلم.
*) Artikel ini dikutip dari buku Umat Bertanya NU Menjawab; Kompilasi Hasil Bahtsul Masail LBMNU PCNU Bantul, disusun oleh Tim LBMNU PCNU Bantul dan diterbitkan oleh LTNNU PCNU Bantul.
Daftar Isi [Tutup]
0 Comments
Post a Comment